Thursday, September 12, 2019

metric

METRIC (pada router

Metrik adalah suatu nilai yang digunakan untuk mencapai suatu jaringan. Semakin nilai metrik maka akan memiliki jalur terbaik. Dua jenis metric yang digunakan beberapa routing protokol adalah:
  • Hop count
Metode ini menghitung jumlah router yang harus dilalui paket sebelum sampai ke tujuan. Setiap router bernilai satu hop
  • Bandwith
Menghitung akumulasi bandwitch teringgi.
UntitledUntitledUntitled
Dari Router 1 telah di setting secara manual untuk memprioritaskan 10.10.10.2 sebagai route ke 192.168.2.0. dengan cara diatas.

ip route 192.168.2.0 255.255.255.0 10.10.30.2 2
ip route 192.168.2.0 255.255.255.0 10.10.10.2 1

Angka 2 dan 1 di akhir perintah menunjukkan metric, route yang memiliki route terkecil akan didahulukan.

Jadi alur packet dari topologi diatas adalah :
PC A -> R0 -> R1 -> R2 -> PC B -> R2 -> R0 -> PC A.
atau
PC A -> R0 -> R1 -> R2 -> PC B -> R2 -> R1 -> R0 -> PC A.
Hal ini terjadi karena setting pada R2 masih setting default jadi metric dari kedua routenya masih default.

classless dan classfull

Pengertian dan Penjelasan Subnetting Classfull dan Classless

Pengertian dan Penjelasan Subnetting Classfull dan Classless Pada Jaringan – Bagi masyarakat awam istilah subnetting tentu cukup asing di telinga. Bagi Anda yang bertanya – tanya atau penasaran tentang subnetting, subnetting secara garis besar adalah mengambil bit – bit dari segi host 1 alamat IP dan menyimpannya untuk memberikan deskripsi alamat subnet itu. Konsekuensinya adalah semakin sedikit jumlah bit yang tersisa untuk host. Adi, semakin banyak jumlah subnet, jumlah bit yang tersedia untuk mendeskripsikan host bit juga semakin sedikit.

Subnetting Classfull

Classfull adalah pengalaman IP yang dibagi menurut kelasnya. Ada lima kelas yang berbeda dan ini adalah kelas yang berpengaruh terhadap ukuran jaringan. Empat bit yang pertama dari alamat IP dimanfaatkan untuk mengidentifikasi kelas.
Contohnya, dari 5 kelas, A, B, C, D, dan E, kelas A – C digunakan untuk jaringan unicast, kelas D digunakan untuk jaringan multicast, dan kelas E dipersiapkan untuk penggunaan di masa mendatang. Bit untuk identifikasi kelas dapat diuraikan sebagai berikut:
  • A = 1 bit pertama IP Address 0
  • B = 2 bit pertama IP Address 10
  • C = 3 bit pertama IP Address 110
  • D = 4 bit pertama IP Address 1.110
  • E = 4 bit pertama IP Address 1.111
Tetapi persoalan terlihat dengan arsitektur tersebut. Jika ukuran jaringan tersebut sangat besar, sudah pasti hal ini akan mengurangi tingkat fleksibilitas. Alhasil, terjadi pemborosan sebagian alamat. Untuk mengatasi masalah ini, munculah Router Inter Domain Classless atau CIDR pada tahun 1993. Jadi alamat IP dibagi menjadi 2 segi meliputi:
  • Sisi yang paling utama adalah alamat jaringan yang digunakan untuk identifikasi jaringan
  • Sisi yang terpenting adalah host identifier
IP Kelas C mempunyai rentang host 0 – 255 192. 168. 1. 0 – 192. 168. 1. 255. Lalu bagaimana jika komputer yang ada di kantor hanya terdiri dari 10? Jika Anda menggunakan default netmask IP Kelas C 255. 255. 0, maka nanti ada beberapa IP yang tidak digunakan karena yang Anda butuhkan hanya 10 IP.
Tetapi jika Anda hendak mengatur dan mengelola, tentu akan sulit karena Anda bingung mana sa Aip yang sudah digunakan. Oleh sebab itu, digunakan CIDR yang biasanya dinotasikan dengan tanda slash atau “/” sehingga notasi yang digunakan /28.
Pengertian dan Penjelasan Subnetting Classfull dan Classless

Subnetting Classless

Secara sederhana classless dapat disimpulkan tidak menggunakan kelas atau tanpa adanya kelas. Jika dihubungan dengan pengalamatan IP, maka pengalamatan IP tanpa menggunakan kelas dengan menggunakan CIDR atau Classless Inter Domain Rouing.
Format pengalamatannya adalah dengan memberikan tanda “/” di belangan alamat IP kemudian diikuti variable panjang prefiks. Pengalokasian host atau IP yang dapat menggunakan subnet mask yang tidak sama dan didukung oleh routing protocol dapat memberikan informasi subnet sehingga dapat menghemat sejumlah alamat host atau IP.
Saat ini cara classless addressing sudah mulai banyak dilakukan yakni melalui pengalokasian IP Address dengan notasi CIDR. Arti lainnya yang digunakan untuk memanggil sisi IP Adress ini menunjuk satu jaringan secara lebih khusus. Hal ini juga dimaksud dengan Network Prefix. Biasanya pada penulisan network prefix 1 kelas IP Address digunakan sinyal garis miring “/” dan diikuti angka yang memberikan network prefix dalam bit misalnya 192. 168. 0. 0/ 24

link state dan distance vektor

Protokol Routing Link State

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang protokol routing link-state. Namun sebelumnya kita ulas kembali tentang protokol distance vector serta perbedaanya dengan protokol routing link-state. Untuk menggambarkan perbedaan protokol routing distance vector dan link state kita dapat menggunakan sebuah analogi. Pada distance vector dianalogikan sebagai sebuah rambu-rambu jalan yang memandu kita dalam perjalanan menuju tujuan, dimana informasi yang tertera hanya jarak dan arah.  Pada link state, protokol routing dianalogikan sebagai sebuah peta. Dengan sebuah peta kita bisa melihat semua rute yang potensial dan menentukan sendiri jalur yang paling kita inginkan.
Protokol routing distance vector seperti rambu-rambu jalan karena router harus membuat keputusan jalur yang paling diinginkan berdasarkan sebuah jarak atau metric ke sebuah jaringan. Seperti halnya  pelancong mempercayai sebuah rambu jalan yang menunjukkan secara tepat arah ke kota berikutnya, sebuah router distance vector mempercayai bahwa router lain telah menginformasikan jarak yang benar ke jaringan tujuan.
Protokol  routing link-state menggunakan pendekatan lain. Protokol routing link-state lebih mirip sebuah peta jalan karena mereka membuat sebuah peta topologi dari sebuah jaringan dan setiap router menggunakan peta ini untuk menentukan jalur terpendek ke setiap jaringan. Sama halnya saat kita mengacu pada sebuah peta untuk menemukan rute ke kota lain, router-router link-state menggunakan sebuah peta untuk menentukan jalur yang paling diinginkan untuk mencapat tujuan lain.
Router yang menjalankan sebuah protokol routing link-state mengirim informasi tentang status link-nya ke router lain dalam wilayah routing. Status dari link ini mengacu pada jaringan yang terhubung langsung pada-nya dan termasuk informasi tentang jenis jaringan dan router-router tetangga pada jaringan tersebut, karena itu dinamakan protokol routing link-state.
Protokol routing link-state dikenal juga sebagai protokol shortest path first dan dibangun atas algorithma shortest path first Edsger Dijkstra’s.
Protokol routing link-stater IP adalah :
  • Open Shortest Path First (OSPF)
  • Intermediate System-to Intermediat System (IS-IS)

Pengertian Distance Vektor

table routing

Pengertian Table Routing - TutorialCaraKomputer.com

Router akan memberi rekomendasi jalur mana yang paling tepat untuk melewatkan paket data yang dikirim ke alamat tertentu sesuai dengan informasi yang terdapat pada table routing sehingga pada saat paket data telah dikirimkan atau diarahkan maka router akan melakukan pemeriksaan yang terdapat pada table routing dan router akan menentukan jalur mana yang paling sesuai dengan informasi yang ada. (Baca : Pengertian, Konsep dan Jenis - Jenis Routing)

Pengertian Tabel Routing


Table routing adalah table yang memuat seluruh informasi IP address dari interfaces router yang lain sehingga router yang satu dengan router lainnya bisa berkomunikasi.

Routing table hanya memberikan informasi sedang routing algoritma yang menganalisa dan mengatur routing table. Intinya, router hanya tahu cara menghubungkan nertwork atau subnet yang terubung langsung dengan router tersebut.

Ada 2 item yang harus dimasukan oleh table routing untuk mengirim paket data, diantaranya:
1. Destination Address
Destination Address merupakan sebuah alamat pada jaringan yang dapat dijangkau oleh router.

2. Pointer to the Destination
Pointer to the Destination merupakan penunjuk yang akan memberitahukan bahwa jaringan atau network yang dituju dapat terhubung dengan router.

Router akan menyesuaikan informasi yang terdapat pada table routing sebelum mengirimkan ke alamat tujuan sehingga tidak ada yang namanya salah sasaran dalam mengirimkan paket data.

Berikut adalah urutan pada table routing untuk menyesuaikan alamat tujuan:

  • Host Address
  • Subnet
  • Group of Subnet
  • Major network number
  • Group of major network numbers
  • Default address


Jika data yang dikirimkan oleh pengirim ke alamat atau jaringan yang dituju tidak sesuai dengan entri diatas maka paket data yang telah dikirimkan oleh pengirim akan dibuang dan pengirim data akan diberikan pesan oleh router bahwa data yang dikirim telah di drop karena ketidaksesuain dan terjadi kesalahan pengalamatan pada address source pengirim.

CIDR

CIDR (Classless Inter-Domain Routing)
CIDR (Classless Inter-Domain Routing) adalah sebuah cara alternatif untukmengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem klasifikasi ke dalam kelas A,kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Disebut juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing yang lebih efisien dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi alamat IP jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C.
Subnetmask yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting pun berbeda-beda mengikuti kelas-kelasnya yaitu :
1.kelas C :/25 sampai /30 (dengan penghitungan pada octet  ke 4).
2.kelas B : /17 sampai /30 (dengan peghitungan pada octet ke 3 dan 4).
3.kelas A : /8 sampai /30   (dengan peghitungan pada octet ke  2, 3, dan 4).
Konsep yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT. Tabelnya digambarkan sebagai berikut :
  
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.128.0.0
/9
255.192.0.0
/10
255.224.0.0
/11
255.240.0.0
/12
255.248.0.0
/13
255.252.0.0
/14
255.254.0.0
/15
255.255.0.0
/16
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30

A.    Menghitung Subnet Kelas C
Pada kelas C penghitungan yang digunakan adalah pada octet ke      4
Misal diketahui suatu IP 192.168.1.0/26. Berarti subnetmasknya /26 yaitu 255.255.255.192, jika diubah ke dalam bilangan biner menjadi 11111111.11111111.11111111.11000000.
Jumlah Subnet = 2x (dimana x adalah banyaknya bineri 1 pada octet terakhir (yang bergaris bawah) untuk kelas C). Jadi Jumlah Subnetnya adalah 22 = 4 subnet.
Jumlah Host per Subnet = 2y – 2 (dimana y adalah banyaknya bineri 0 pada octet terakhir untuk kelas C). Jadi Jumlah Host per Subnetnya adalah 26 – 2 = 62 host
Blok Subnet = 256 – nilai octet terakhir subnetmask. Jadi Blok Subnetnya adalah 256 – 192 = 64. Untuk subnet berikutnya ditambahkan hasil dari blok subnet tersebut. Jadi Blok Subnet seluruhnya adalah 0, 64, 128, 192.
Kita buat tabelnya seperti berikut dengan catatan :
*             Subnet       : Sesuai pada blok subnet.
*             Host Pertama : 1 angka setelah subnet.
*             Broadcast    : 1 angka sebelum subnet berikutnya.
*             Host terakhir: 1 angka sebelum broadcast.

Subnet
192.168.1.0
192.168.1.64
192.168.1.128
192.168.1.192
Host Pertama
192.168.1.1
192.168.1.65
192.168.1.129
192.168.1.193
Host Terakhir
192.168.1.62
192.168.1.126
192.168.1.190
192.168.1.254
Broadcast
192.168.1.63
192.168.1.127
192.168.1.191
192.168.1.255
      

B. Menghitung Subnet Kelas B
Untuk kelas B ada 2 teknik yang digunakan dalam perhitungan. Untuk subnetmask /17 sampai /24, perhitungannya sama persis dengan kelas C, tetapi pada kelas B terletak pada octet ke 3 saja yang digunakan. Sedangkan untuk subnetmask /25 sampai /30 perhitungannya yaitu pada octet ke 3 dan 4.
Misal diketahui suatu IP 172.16.0.0/25. Berarti subnetmasknya /25 yaitu 255.255.255.128, jika diubah ke dalam bilangan biner menjadi11111111.11111111.11111111.10000000.
Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi Blok Subnet seluruhnya adalah (0, 128)
Tabelnya menjadi :

Subnet
172.16.0.0
172.16.0.128
172.16.1.0
172.16.255.128
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.0.129
172.16.1.1
172.16.255.129
Host Terakhir
172.16.0.126
172.16.0.254
172.16.1.126
172.16.255.254
Broadcast
172.16.0.127
172.16.0.255
172.16.1.127
172.16.255.255
            
C. Menghitung Subnet Kelas A
Pada kelas A perhitungan dilakukan pada octet ke 2, 3 dan 4.
Misal diketahui suatu IP 10.0.0.0/16. Berarti subnetmasknya /16 yaitu 255.255.0.0, jika diubah ke dalam bilangan biner menjadi 11111111.11111111.00000000.00000000.
Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi Blok Subnet seluruhnya : 0,1,2,3,4, dst.
Tabelnya menjadi :

Subnet
10.0.0.0
10.1.0.0
10.254.0.0
10.255.0.0
Host Pertama
10.0.0.1
10.1.0.1
10.254.0.1
10.255.0.1
Host Terakhir
10.0.255.254
10.1.255.254
10.254.255.254
10.255.255.254
Broadcast
10.0.255.255
10.1.255.255
10.254.255.255
10.255.255.255

metric

METRIC (pada router Metrik adalah suatu nilai yang digunakan untuk mencapai suatu jaringan. Semakin nilai metrik maka akan memiliki ja...